Beranda | Artikel
Belajarlah, Saudaraku!
Sabtu, 26 Agustus 2017

Bismillah.

Adalah kenikmatan yang tak terkira tatkala Allah tanamkan ke dalam hati kita kecintaan kepada Islam. Sungguh nikmat agung yang sangat berharga. Bagaimana tidak? Sedangkan Islam merupakan agama yang akan mengantarkan pemeluknya ke dalam surga…

Allah berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima darinya, dan dia kelak di akhirat akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)

Islam ‘mengajarkan’ kepada kita untuk tunduk dan pasrah kepada Allah secara sepenuhnya. Kepasrahan yang berangkat dari rasa cinta dan perendahan diri.

Cinta kepada Allah karena Allah semata Rabb yang telah menciptakan dan mencurahkan nikmat kepada kita. Tunduk merendah di hadapan-Nya karena kita sadar akan banyaknya kotoran dosa yang menghinggapi perilaku dan hidup kita sehari-harinya.

Kepasrahan yang menuntut kita untuk menghamba kepada Allah semata, dan tidak kepada selain-Nya. Inilah yang disebut sebagai al-hanifiyyah atau ajaran yang hanif. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang hanif adalah ‘almuqbil ‘alallah almu’ridh ‘an kulli maa siwaah’; hamba yang mengabdi kepada Allah semata dan berpaling dari segala pujaan selain-Nya. 

Salah satu kiat untuk menjadi hamba yang patuh itu adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah ‘kun ma’a muraadihi minka, wa laa takun ma’a muraadika minhu’ yang artinya, “Jadilah kamu mengikuti apa yang dikehendaki oleh Rabbmu atas dirimu dan janganlah menjadi orang yang hanya ingin menuruti apa yang kamu sukai diberikan oleh-Nya kepadamu…”

Petuah bijak ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kebanyakan manusia hanya akan mau tunduk kepada Allah ketika apa yang Allah tetapkan itu sesuai dan seirama dengan hawa nafsu mereka. Namun, ketika apa yang Allah gariskan terasa kurang cocok atau tidak menarik dalam timbangan hawa nafsunya maka tidak segan-segan perintah Allah dan larangan-Nya diabaikan begitu saja. Hal ini menjadi cermin bagi kita; apakah selama ini kita benar-benar menjadi hamba yang taat secara penuh kepada Allah ataukah kita hanya menjadi pemuja hawa nafsu dan keinginan kita?!

Inilah yang dimaksud oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam sebuah bait syairnya, “Mereka telah lari dari penghambaan yang menjadi tujuan penciptaan, maka mereka pun terjebak dalam penghambaan kepada hawa nafsu dan setan…” Alangkah merugi orang yang rela menukar kebahagiaan abadi dengan kesenangan sesaat yang berlumuran dengan kegelisahan dan kesusahan…

Saudaraku yang dirahmati Allah…

Perjalanan waktu telah menunjukkan kepada kita bahwa banyak orang terpedaya dengan kehidupan dunia yang fana dan sementara ini. Banyak orang terkecoh oleh berbagai perhiasan dan kenikmatan semu yang melupakan mereka akan hikmah dan tujuan hidupnya. Berenang dalam samudera nikmat dari Allah tetapi mereka justru durhaka dan membangkang kepada-Nya. Hidup dengan segala fasilitas yang Allah berikan tetapi menolak syari’at dan agama-Nya. Allahul musta’aan 

Inikah bentuk dan ungkapan terima kasih kalian kepada Allah?!

Kenyataan ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa untuk menjadi hamba Allah yang sejati seorang insan butuh mengenali jalan kebenaran yang akan mengantarkan dirinya menuju bahagia. Jalan itu adalah menimba ilmu dan mengamalkannya. Dengan ilmu, manusia akan lepas dari kebodohan. Dan dengan amal, manusia akan masuk ke dalam surga… Allahul muwaffiq.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/belajarlah-saudaraku/